1 - By (the Token of) time (through the Ages),
إنّ إنســـان لفى خسـر
2 - Verily Man is in loss,
إلاّالذين آمنوا وعملواالصــلحات وتواصوابالحقّ وتواصوابالصبـــر
3 - Except such as have Faith, and do righteous deeds,
and (join together) in the mutual teaching of Truth,
and of Patience and Constancy
Suatu hari terdengar ada orang jauh yang akan menjahitkan pakaian kepadanya. Masyarakat yang tahu segera memberi peringatan kepada orang tesebut.
“Hati-hati kau jahitkan kain satinmu yang bagus ini, karena penjahit itu akan menipumu dengan ceritanya yang membuat kamu terpesona, terpukau, terhipnotis, hingga kau tak sadar bahwa dia telah dengan cepat menggunting dan menyembunyikan kain satinmu yang mahal ini. Lebih baik kau cari penjahit lain yna kerjanya memang hanya menjahit tidak menipu dan mencuri “ ujar salah seorang penduduk memperingatkan orang yang datang.
“ Ah..orang macam aku manalah mungkin tertipu.Macam mana pula orang menipu awak yang memang rajanya menipu !Tenang sajalah kau…!“ Kalau tak percaya ….yo wis rasakno wae!”
Akhirnya orang tolol yang tak mau dengar peringatan itu terus saja menuju tukang jahit dengan kain-kain satinnya. Sesampainya di pintu, si penjahit licik langsung menyambut si tolol dengan sambutan ramah dan hangat. Seperti biasa, menghamburlah cerita-cerita lucu yang membuat si tolol terpingkal-pingkal. Saat si tolol tertawa, matanya terpejam, saat itu pula dengan secepat kilat, si penjahit sreeeet…mengunting kain satin si tolol dan menyembunyikannya.
“Wah..anda tidak pantas jadi penjahit. Anda lebih pantas jadi pelawak. Adakah cerita lucu lainnya...”Kata si tolol yang tak sadar telah berapa meter dari kain satinnya telah hilang tercuri.
Dan mulailah si penjahit licik itu bercerita yang lucu-lucu sampai membuat si tolol lebih terpingkal-pingkal sambil memejamkan matanya, maka seperti biasa si penjahit menjalankan aksinya dengan rapih. Begitu berkali-kali hingga kain satunnya hampir habis tergunting semua.
Jalaluddin Rumi-dengan kisah ini mengingatkan, bahwa kita sering terpedaya oleh tipuan dunia
hingga tak sadar bahwa ” kain satin umur ”kita telah tergunting habis sementara tujuan hidup—menjahit makna hidup ini hingga menjadi pakaianketaqwaan—tidak tercapai. Kita seringkali terpana oleh pesona hampa dunia fana, tak sadar bahwa
dunia hanya jembatan sementara, lupa bahwa kita semua akan pulang ke rumah-Nya.
Kita seperti bocah cilik ( aneuk mit ) yang disuruh belanja oleh mamaknya yang sedang masak, si anak memang keluar rumah menuju warung, tapi saat di jalan ada topeng monyet, komedi putar, play station dan sekian tontonan lainnya, ia lupa, bahkan uangnya bisa saja jatuh atau tercopet, sementara mamaknya yang menunggu bahan masakan kebingungan. Dan saat si anak pulang mamaknya bertanya : ” Koq lama sekali, mana belanjaannya?” Si anak terdiam tak bisa menjawab. Ia malah mengalihkan ke hal lain ” Mak, aku lapar !” ”Makan saja tuh kompor yang tak berminyak, kuwali yang tak berbumbu, beras yang mentah !” Begitulah kita, tertipu dan tertipu.Kita hilang kesadaran untuk apa kita keluar ke dunia ini. Kita terbengong-bengong kaya kucing ompong saat ”setan topeng monyet ” menyihir kita, menghipnotis kita, agar selalu bersamanya. Lupa bahwa ada tugas dari Rabb kita yang mana tugas itu sebenarnya untuk kebahagiaan kita di rumah-Nya.
Allah telah memberi kita aba-aba agar kita jangan terperosok ke ranjau-ranjau yang bisa membawa kita lalai dari tujuan pelayaran kita di samudra kehidupan ini. Hanya hewanlah yang tak memiliki tujuan hidup. Allah tidak ingin umat manusia menjadi hewan ( al-an’am ). Maka dalam surat yang Allah berinama al-an’am, Ia mengingatkan kita dengan firman-Nya:
*أفلا تعقلون (الأنعــام 32 )Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.(^) Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
Saya tutup pembicaraan tentang waktu ini dengan sebuah kisah tentang para penyelam pencari mutiara-mutiara dasar laut.
Dikisahkan ada sebuah kapal di tengah laut yang menurunkan 2 orang penyelam ulung. Di dasar laut mereka terpisah, si A sebenarnya begitu takjub dan tergoda dengan ikan-ikan kecil yang warna warni serta panorama dasar laut yang indah, tapi segera ia ingat tugasnya, maka dengan penuh kesungguhan ia tepiskan segala godaan yang lain. Sementara si B benar-benar terperangah dengan apa yang ia saksikan, ia asyik mempermainkan terumbu karang, ikan-ikan warna warni yang berseliweran sana-sini kadang bercanda dengan lumba-lumba dan lain sebagainya tanpa sadar bahwa tabung udara di punggungnya telah hampir habis. Kapten kapal kebingungan menunggu si B setelah si A naik ke permukaaan dan menuangkan beberapa mutiara temuannya
Di dasar laut , si B baru sadar dan segera mencari-cari mutiara lalu memasukkanya ke kantong dengan tergopoh-gopoh. Belum banyak ia kumpulkan mutiara, tiba-tiba dadanya sesak sebab tabung udara telah habis, segera ia naik ke arah permukaan sambil tangannya secara serampangan mengikat kantong mutiara yang tanpa ia sadar telah lepas kembli tersenggol ikan-ikan dan karang-karang, tak sadar pula bahwa mutiara telah berhamburan sepanjang ia berenang untuk naik ke atas permukaan laut.
Sesampainya di atas kapal. Si B tergagap, dan menjawab dengan terbata-bata saat ditanya mana mutiara hasil usahanya?. Sebab ternyata mutiara-mutiara itu telah tumpah, maka tumpah pula sumpah serapah dari atasannya.
”Kapten, izinkan saya kembali.Saya berjanji untuk sunggguh-sungguh berusaha!”rengek si penyelam tolol persisi rengekan orang durhaka pada Tuhan di akherat kelak :
Nah, anak-anaku sayang, mari kita bertanya? Apakah kita seperti si B penyelam yang terpedaya oleh keindahan dasar laut kehidupan kita sehingga kita lupa pada master plan hidup ini untuk apa, sampai tak sadar jatah oksigen umur kita yang memberati punggung amanah kita telah hampir habis? Bertanyalah! Lalu berdoalah! Dan berniatlah seperti si A penyelam yng tak tergoda dan memiliki rencana kerja yang jelas, atau seperti Fahri dan Aisha wanita muslimah Eropa ( dalam novel ”ayat-ayat cinta” karya Habiburahma elsyirazy) yang punya rencana, bahkan jadwal peta hidup mereka !